Steak Sambal Matah ala Steakology yang Menggoda Selera

Selasa, 10 Maret 2015 - 18:20 WIB
Steak Sambal Matah ala...
Steak Sambal Matah ala Steakology yang Menggoda Selera
A A A
JAKARTA - Jika berbicara steak, dan sausnya, news anchor Prabu Revolusi bersama rekannya Tommy Tjokro, Tantri Kotak, serta keempat sahabat punya pandangan yang inovatif. Mereka membuat sebuah restoran steak dengan berbagai inovasi saus yang dapat memberikan pengalaman baru bagi Anda untuk menyantap hidangan steak favorit Anda. Steakology namanya.

“Jadi bikin ini sama temen-temen. Ada Tantri, aku, Tommy Tjokro, dan empat teman kita lainnya. Dulu kan memang eforia anak muda suka ngumpul, makan steak, suka ngopi, sampai akhirnya kita mikir untuk bikin tempat buat ngumpul. Kebetulan saya memang suka steak. Setelah ngobrol-ngobrol sekian lama, akhirnya bikinlah Steakology ini. Steakology berarti ilmu tentang steak. Intinya kita ingin orang-orang punya asosiasinya, kita tahu banget cara ngolah steak,” ungkap Prabu saat ditemui di Steakology, Tebet, Jakarta, Senin (9/3/2015).

Menurut Prabu, setelah kurang lebih dua tahun restoran ini berdiri, saat ini dirinyalah yang secara rutin mengontrol, membuat eksperimen masakan, dan mencoba berbagai macam menu baru. Hingga kini, saus steak yang dimiliki oleh Steakology mencapai 14 macam. Di antaranya adalah, saus barbeque, saus mushroom, dan yang unik adalah kehadiran saus khas bumbu Indonesia, seperti saus sambal matah, saus rendang, saus kari, saus sambal ijo dan masih banyak yang lainnya.

“Dulu sausnya nggak sebanyak ini. Yang paling favorit sambal matah. Jadi memang saya sama karyawan di sini membiasakan untuk harus belajar. Mereka disini cukup pro aktif untuk ide menu baru. Ide sambal matah ini dari saya. Saya berpikir, sambal matah seharusnya bisa masuk sama steak dengan mengurangi garlic-nya sedikit, lalu jeruknya lebih banyak. Ya, udah kita coba implementasi beberapa kali sampai dapat komposisi yang paling pas,” papar Prabu.

Suami artis Zee Zee Shahab ini menjelaskan, di Bali, sambal matah biasanya dipakai untuk teman makan nasi, ayam, bebek dan lainnya. “Jadi sambal ini lebih kepada perasa. Sedangkan kalau steak, dalam satu piring ini intinya adalah steak-nya, jadi gimana caranya sambal ini nggak boleh ngalahin dominannya rasa steak. Butuh beberapa waktu, dua sampai tiga minggu, untuk dapat yang pas,” ujar pria kelahiran Bandung, 34 tahun silam ini.

Tak hanya itu, Prabu mengaku banyak melakukan eksperimen demi terwujudnya menu-menu unik khas Steakology ini. Dia juga kerap menemukan inspirasi dari berbagai hal. Saus kari, rendang, dan opor, misalnya, dia terinspirasi dari sebuah restoran steak di Paris yang pernah dikunjunginya. Restoran tersebut seakan tak pernah sepi pengunjung. Ketika dia mencoba steak buatan chef di restoran tersebut, ternyata makanan ini menggunakan saus dengan bumbu kari.

Dia juga banyak membaca dan melakukan riset agar steak matang sempurna, agar saus dapat meresap ke dalam daging, dan agar daging steak lokal yang dia gunakan dapat terasa empuk dan juicy ketika disantap. Ya, restoran ini memang menggunakan daging sapi lokal untuk steak-nya. Tapi jangan salah sangka. Steak daging lokal di tempat ini tak kalah lezatnya dengan steak yang menggunakan daging impor. Memang, selama ini, daging sapi lokal memiliki citra alot. Teksturnya keras karena lebih banyak otot daripada lemak.

Tapi, Prabu dan teman-temannya menemukan cara untuk membuat daging sapi lokal ini enak dan empuk untuk dijadikan steak. “Cara bakarnya berbeda. Daging lokal harus di- setting, setiap 15 detik dagingnya harus dibalik-balik, supaya seratnya putus dan juice dagingnya nggak keluar. Daging lokal itu pori-porinya besar kalo didiamkan di-pan terlalu lama juice-nya bisa keluar, terikat sama minyak. Jadi sebelum juice-nya keluar, dibalik, nanti dibalik lagi, jadi juice-nya tetap stay di dagingnya, itu yang bikin empuk,” papar ayah satu anak ini.

Steak Sambal Matah Steakology
Steak sapi dengan saus sambal matah ini adalah menu favorit pelanggan Steakology.

Menu Sirloin Premium Steak 200 gram dengan saus Sambal Matah Bali ini memang pantas untuk menjadi juara di Steakology. Daging steak yang dimasak medium well terasa begitu empuk dan juicy. Terlebih ketika disantap bersama sambal matah yang identik dengan rasa pedas dari campuran potongan cabai rawit, bawang merah, bawang putih, kemiri, daun jeruk, dan minyak jagung yang menggugah selera, steak ini sungguh tak bisa dilewatkan.

Menu ini sangat pas untuk memanjakan lidah dan perut Anda, terutama bagi Anda pencinta makanan pedas. Sebagai pelengkap, Anda dapat memilih jenis kentang, seperti kentang goreng, mashed potato, atau rustic potato dan juga sayuran, seperti brokoli, bayam, atau wortel dan buncis. Satu porsi steak mengenyangkan ini dibanderol dengan harga Rp70.000 saja.

Prabu sempat menjelaskan, dia memang kerap menyajikan steak dengan bumbu yang terpisah agar rasa dari bumbu tersebut tidak langsung mendominasi rasa daging steak tersebut. “Di sini kita pikirkan, bagaimana caranya si steak yang kompleks ini bisa masuk ke lidahnya orang Indonesia. Jangan sampai orang makan bilang enak hanya karena empuk. Makanya kenapa kita sausnya nggak pernah dilumurin duluan, selalu dipisah. Karena orang harus tau dulu nih rasa aslinya, teksturnya si ayam gimana, si daging gimana, baru setelah itu dia cobain sausnya,” papar dia.

Steak Saus Rendang Steakology
Steak saus rendang ini juga menjadi salah satu andalan di Steakology.

Menu terlaris kedua setelah steak dengan sambal matah adalah, steak saus rendang. Kali ini giliran perpaduan steak daging ayam dengan saus rendang ala Padang yang wajib untuk Anda coba. Daging ayam yang dimasak dengan waktu dan suhu yang pas membuat steak ayam ini terasa begitu lembut ketika disantap.

Saus rendang yang sarat akan bumbu memiliki rasa yang tidak terlalu pedas dan terdapat harum dari daun jeruk yang begitu terasa sehingga mampu menambah selera makan Anda. Untuk saus rendang ini pun, Prabu memiliki trik khusus agar saus dapat meresap ke dalam daging namun tidak mendominasi rasa daging itu sendiri. “Untuk saus rendang, supaya bisa masuk sama dagingnya, supaya nggak tabrakan rasanya, sausnya itu dimasak pake cokelat, dark chocolate. Jadi biar ngeblend,” ujarnya.

Seorang karyawan, Nikeu, 30 mengatakan bahwa dia seringkali datang ke Steakology bersama teman-temannya. Bahkan hingga dua kali dalam seminggu. “Kalau ke sini biasanya pulang kantor nunggu macet, kadang sendiri kadang sama teman-teman. Menu yang paling suka sih steak sambel matah. Rasanya seru, lucu, pedesnya dapet. Saya sering ke sini ya karena menu itu. Kalau saus barbeque atau yang lain sudah biasa, di Jakarta banyak. Yang bikin kaget, daging lokal tapi kok bisa seempuk ini. Beda dari yg lain. Aku pikir dagingnya dari luar ternyata lokal. Harganya juga bikin saya kaget, tergolong murah,” papar dia.

Restoran yang telah berdiri sejak Januari 2013 ini memang telah mengalami banyak pasang surut, dan itulah yang membuat Prabu dan teman-teman terus belajar, melakukan perubahan-perubahan, hingga saat ini telah berhasil melewati masa-masa sulit tersebut. Kini Steakology mampu menghabiskan minimal 100 piring steak setiap harinya dengan jam operasional mulai dari jam 12.00—00.00 WIB dari hari Senin—Minggu.

Ke depannya, Prabu juga sedang menyiapkan menu baru yakni steak dengan nasi, saus baru dengan bahan dasar kopi, dan outlet baru mereka untuk tahun ini di Bandung dan Mampang, Jakarta Selatan. Harga menu steak di Steakology berkisar dari Rp25.000—90.000. Beberapa promo yang diberikan Steakology adalah, untuk santap di hari Senin, ada potongan harga sebesar 10%, kemudian untuk reservasi minimal 5 orang, Anda akan mendapat potongan sebesar 20%. Tak hanya itu, Steakology juga akan memberikan gratis bagi Anda yang berulang tahun.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0774 seconds (0.1#10.140)